Sunday, November 24, 2013

/

Lagi nyari fd gue yang ilang :'( belum tau ada di mana.... Terus di rumah malah ketemu fd gue yang lama. Udah rusak tempatnya gitu hahaha. Dan ada video menarik yang gue temukan. Menariknya...terharu, terbawa suasana banget. Padahal ini bukan video berdurasi 2 jam. Well, have a seat and enjoy :")


Bukan iklan biasa ya :"""" hihihi

Saturday, November 23, 2013

/


Vemale.com - Seekor anak anjing nampak lusuh, kurus dan sedih di tengah jalan. Sudah dua hari ia kelihatan duduk termenung, takut dan sedih sambil menjaga tubuh kaku seekor anak anjing yang seumuran dengannya.
Kadang anjing kecil ini duduk di sebelahnya, kadang ia tidur di sampingnya atau bahkan di atas tubuh anjing kecil yang telah mati itu. Anjing berwarna abu-abu itu adalah anjing betina yang sekelahiran dengannya. Anjing malang tersebut mati karena ditabrak oleh mobil. Oleh karena itu, saudaranya yang setia menjaga tubuhnya agar tak ada mobil yang menabraknya lagi.


Begitu melindunginya anjing coklat itu, sampai ia tak membiarkan siapapun mendekat. Bila ada orang yang mendekati jasad saudarinya, ia akan menyalak dengan galak. Keduanya tetap berada di tempat yang sama sampai seseorang berhasil memindahkan mereka di pinggir jalan. Di tempat yang lebih aman.


Seorang relawan menggali tanah, berniat menguburkan anak anjing yang telah mati itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya benar-benar mengiris hati. Saudaranya yang berwarna cokelat ternyata tak mau berpisah dengan anjing yang telah mati itu. Ia berbaring di atas tubuh saudaranya, membuat banyak orang merasa iba.
Kejadian ini nyata terjadi baru-baru ini do Sichuan, China. Saat ini anjing cokelat itu sudah dibawa oleh tim perlindungan hewan yang ada di sana untuk membuatnya lebih baik dan tak merasa kesepian.


Anjing saja bisa merasakan kesedihan yang mendalam dan setia menjaga anjing lain. Sebagai manusia, tentunya kita bisa menjadi sosok yang lebih berperasaan dan saling setia dengan keluarga dan pasangan masing-masing.

Tersentuh banget pas baca ini :"""" setuju sama penulis-nya, kalo anjing aja berperasaan, masa manusia kalah? Padahal manusia diberikan hati yang dilengkapi dengan akal, yang hewan ga punya. Kata kunci di sini sih kalo untuk pasangan, berarti harus "setia" sama pasangannya. Kalo untuk keluarga, lebih ke "saling menjaga". Bisa untuk dua-duanya sih, tergantung kita menyikapinya aja :) 
 

Monday, November 4, 2013

/

Can't wait to watch this movie :)


Saturday, November 2, 2013

/

Lagi refreshing sikitlah mumpung malam minggu. Tetep inget kok masih ada 4 matkul lagi yang belum di uts-kan. Omong-omong pas lagi on twitter, nemu ini nih cerita. Sedih, terharu, malu, menambah semangat kuliah deh baca ini....

HADIRI WISUDA - Witri Suwanto mengayuh becak dari rumahnya di Sragen untuk menghadiri wisuda di UTP, Senin (28/10/2013). 


TRIBUNNEWS.COM SOLO   Untuk menutup biaya hidup di Solo dan membayar biaya kuliah, Widri jual es Sari kacang Ijo di kampusnya. Meski begitu, ia tak malu dan malah memotivasinya belajar lebih giat. Hasilnya, laki-laki asal Sragen itu lulus dengan predikat cumlaude.
Mengenakan pakaian olahraga berwarna merah putih, Witri Suwanto (26), menyambut kedatangan Tribun Jateng di lorong kampus Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Rabu (30/10/2013).
Setelah berbasa-basi, obrolan berlanjut ke acara wisuda yang digelar pada Senin (28/10/2013). “Alhamdulillah, saya lulus dengan predikat cumlaude,” katanya.
Warga kampung Jagan, Gentan Banaran, Plupuh, Sragen itu lulus dari bangku kuliah setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah di Jurusan Pendidikan Keolahragaan, spesifikasi Tenis, selama tiga tahun sembilan bulan. “Targetnya bisa lulus 3,5 tahun meleset,” ujar remaja yang memeroleh nilai A pada 18 mata kuliah tersebut.
Widri sebenarnya sudah lulus SMA pada 2006, tapi baru bisa kuliah 2009. Selama tiga tahun, ia harus bekerja untuk menyiapkan biaya masuk kuliah. Saat sudah resmi menjadi mahasiswa UTP, ia membiayai seluruh kebutuhan pendidikannya dari cucuran keringat berjualan es sari kacang hijau.
Widri menceritakan, ia mulai merintis usaha berjualan es Sari kacang hijau sejak lulus SMA. Saat itu, ia melihat peluang berdagang di depan kampus UTP. Setelah beberapa lama berjualan es, ia mendapat tawaran bekerja sebagai marbot (penjaga masjid) di Masjid Kantor Pajak Yogyakarta.
Setelah tiga tahun mengabdi bekerja di Yogyakarta dan bisa menabung. Widri pun memutuskan hijrah ke Solo untuk mewujudkan mimpinya berkuliah dan mendaftar di UTP Surakarta. "Gaji Rp 900 ribu dari Kantor Perpajakan dan saat jual es, saya pakai biaya awal kuliah selama satu semester," ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.
Setelah masuk kuliah, Widri praktis tak lagi mempunyai pendapatan untuk membiayai kuliahnya. Uang di tangan yang tersisa Rp 800 ribu, kemudian digunakan untuk modal berjualan es sari kacang hijau di depan kampus tempatnya belajar.
"Setelah satu semester, saya ngga ada biaya lagi. Orangtua juga cuma tani dan ngga sanggup membiayai. Akhirnya saya jualan sari kacang ijo dan jual pakaian untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri," akunya.
Bila mahasiswa lain berangkat ke kampus sekitar pukul 07.00, Widri pun sudah tiba di depan kampus sekitar pukul 06.00. Bukan untuk membaca buku kuliah atau mengerjakan tugas, tapi untuk membuka lapak es sari kacang hijau di sekitar pintu gerbang kampus.
Saat ada jam kuliah, Widri menutup sementara lapaknya dan menitipkannya pada Satpam kampus dan berjualan lagi setelah keluar kelas. Selain teman di kampusnya, pelanggan setianya adalah para dosen di UTP. Bahkan banyak di dosen pelanggannya yang memberikan uang lebih saat membeli es sari kacang hijaunya.
Selama berjualan es di kampus, Widri kadangkala harus menanggung rugi karena cuaca tidak bersahabat. Bila menghadapi situasi seperti itu, laki-laki itu pun memilih membagikan es kacang hijau pada teman-teman kuliahnya secara gratis.
Biasanya, lanjut Widri, sehari setelah membagi-bagikan es kacang hijaunya, dagangannya malah makin lancar dan laris. “Kalau rata-rata, sehari bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 100 ribu. Cukup untuk biaya kuliah dan biaya hidup di Solo,” katanya.
Meski harus berjualan es di depan kampusnya dan para konsumennya adalah teman kuliahnya, Widri mengaku tidak pernah merasa rendah diri. Bahkan, ia makin termotivasi untuk belajar lebih baik. Hasilnya, ia berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam tiga tahun sembilan bulan dengan predikat cumlaude.
Sebagai bentuk suka citanya menyelesaikan kuliah, setelah resmi diwisuda Senin (28/10/2013) lalu, Widri memenuhi nazarnya menggenjot becak dari Solo menuju Sragen dalam waktu empat jam.
Kini, putra ketiga dari pasangan Paino Notowiyono dan Mulyati tersebut ingin merantau ke Australia untuk belajar beternak sapi. Untuk mendukung cita-citanya, Widri kini harus bolak balik Solo-Kediri untuk kursus bahasa Inggris.
"Aku punya jiwa wirausaha yang tinggi dan menurutku beternak sapi itu prospeknya bagus," tandas peraih IPK 3,55. (galih priatmojo)

Belum ada kata terlambat kan apalagi buat menyerah sekarang? Baru semester 3 loh ini. Udah gitu, puji syukur alhamdulillah, sebagian besar dari kita di kampus termasuk orang-orang yang tidak perlu memikirkan biaya kuliah.
Ya Allah, ampunilah keangkuhan kami. Bukakan jalan pikiran kami untuk terus semangat menimba ilmu bukan sekedar untuk lulus saja, tapi untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. aamiin

Popular Posts

BTemplates.com